Sejarah Olimpiade Olahraga Internasional
Olimpiade adalah ajang olahraga
internasional empat tahunan yang mempertandingkan cabang-cabang olahraga
musim panas dan musim dingin serta diikuti oleh ribuan atlet yang
berkompetisi dalam berbagai pertandingan olahraga. Olimpiade merupakan
kompetisi olahraga terbesar dan terkemuka di dunia, dengan lebih dari
200 negara berpartisipasi. Awalnya, Olimpiade hanya berlangsung di
Yunani kuno sampai akhirnya pada tahun 393 M Olimpiade kuno ini
dihentikan oleh Kaisar Romawi, Theodosius. Olimpiade kemudian dihidupkan
kembali oleh seorang bangsawan Perancis bernama Pierre Frèdy Baron de
Coubertin pada tahun 1896.
Dalam kongres pada tahun 1894 yang
diselenggarakan di Paris, didirikanlah Komite Olimpiade Internasional
(IOC) dan ibu kota Yunani, Athena dipilih sebagai tuan rumah Olimpiade
modern pertama tahun 1896. Selanjutnya, sejak tahun 1896 sampai
sekarang, setiap empat tahun sekali Olimpiade Musim Panas senantiasa
diadakan kecuali tahun-tahun pada masa Perang Dunia II.
Olimpiade Musim Panas 2012, secara resmi
bernama Games of the XXX Olympiad atau “Olimpiade London 2012”,
dilaksanakan di London, Inggris, Britania Raya mulai tanggal 27 Juli
sampai 12 Agustus 2012. London menjadi kota pertama yang secara resmi
mengadakan Olimpiade modern sebanyak tiga kali, setelah tahun 1908 dan
1948. Di Indonesia, Olimpiade yang sering dikenal dan secara rutin
diikuti adalah Olimpiade Musim Panas.
Indonesia sendiri pertama kali
berpartisipasi pada Olimpiade Helsinki 1952 di Finlandia, dan tak pernah
absen berpartisipasi pada tahun-tahun berikutnya, kecuali pada tahun
1964 dan 1980. Sejarah Olimpiade Sejak ribuan tahun lalu bangsa Yunani
sudah mengenal olahraga dalam arti yang paling sederhana. Mereka
melakukannya untuk kepentingan pasukan perang atau kemiliteran. Dengan
berolahraga diharapkan para prajurit akan tangkas dan sigap dalam
bertempur. Olimpiade yang paling awal konon sudah diselenggarakan bangsa
Yunani kuno pada tahun 776 Sebelum Masehi. Kegiatan itu diikuti seluruh
bangsa Yunani dan dilangsungkan untuk menghormati dewa tertinggi
mereka, Zeus.
Zeus bermukim di Gunung Olimpus yang
kemudian dipakai sebagai nama Olimpiade hingga sekarang. Olimpiade kuno
juga diselenggarakan setiap empat tahun, para olahragawan terbaik dari
seluruh Yunani berdatangan ke arena di sekitar Gunung Olimpus. Mereka
bertanding secara perorangan, bukan atas nama tim. Para atlet yang akan
bertanding terlebih dulu berlatih keras selama sepuluh bulan di daerah
masing-masing. Dulu, di Yunani sering terjadi perang saudara, namun
ketika pesta olahraga berlangsung, pihak yang bertikai melakukan
gencatan senjata. Siapa yang melanggar konsensus akan dikenakan denda.
Bangsa Sparta pernah diharuskan membayar
denda karena melanggar gencatan senjata selama Perang Peloponnesus.
Menjelang pertandingan, panitia pelaksana menyembelih babi kurban. Saat
ini di wilayah Olympia, Yunani terdapat sekelompok bangunan kecil dan
gelanggang di alam terbuka. Sisa-sisa puing gelanggang latihan itu
merupakan peninggalan arkeologis yang dilestarikan pemerintah Yunani.
Pada pesta Olimpiade kerap terjadi
perjanjian perdamaian atau persekutuan antar bangsa. Juga timbul
berbagai kegiatan transaksi. Barang-barang yang dijajakan antara lain
anggur, makanan, jimat, dan benda-benda ibadah. Olimpiade kuno
mempertandingkan cabang-cabang atletik seperti lari, loncat, dan lempar.
Ada juga pacuan kuda dan pacuan kereta. Karena aturannya belum baku,
para penonton sering terkena lemparan batu atau ditabrak kereta kuda
para peserta. Di Olympia juga masih dijumpai batu-batu yang merupakan
pijakan olahraga lari. Pijakan batu itu disusun sedemikian rupa agar
para pelari bisa mendapat ruang gerak ke kiri dan ke kanan. Pada saat
start para pelari harus menempatkan telapak kaki pada batu-batu pijakan
itu. Ada pula panel-panel tentang lomba lari khusus membawa perisai.
Lomba ini banyak disukai penonton karena dianggap lucu.
Pembukaan Olimpiade selalu diwarnai lomba
kereta dengan empat kuda. Sekitar 40 kereta dijajarkan dalam kandang di
gerbang keluar. Jarak yang ditempuh hampir 14 km, yakni 12 kali pulang
pergi antara dua tiang batu yang ditancapkan di tanah. Berbeda dengan
Olimpiade modern, dulu mahkota kemenangan tidak diberikan kepada sais
atau joki, melainkan kepada pemilik kereta dan kuda yang umumnya
orang-orang kaya. Orang kaya yang haus kehormatan biasanya mengirim
paling sedikit tujuh kereta kuda untuk mengikuti perlombaan. Berbagai
pertandingan dalam Olimpiade kuno boleh dikatakan serba keras. Para
pelari berpacu secepat-cepatnya tanpa memakai alas kaki. Para penunggang
kuda berlomba habis-habisan tanpa pelana atau sanggurdi.
Para peloncat membawa pemberat yang
diayun-ayunkan untuk menambah dorongan maju. Olahraga yang terkeras
adalah pankration, yakni perpaduan antara gulat dan tinju gaya
tradisional. Para atlet boleh menyepak atau mencekik lawan, yang tidak
diperbolehkan adalah memijit mata, menggigit, dan mematahkan jari.
Fairplay benar-benar diperhatikan para atlet. Beberaba artefak purba
memperlihatkan adegan tinju antara dua atlet.
Pemenang adu tinju adalah pihak yang
dapat memukul kepala lawan. Pihak yang kalah harus mengacungkan jari
tanda mengaku kalah. Olimpiade kuno hanya boleh ditonton dan diikuti
oleh para pria. Sebab para atlet harus bertanding dengan tubuh
telanjang, kecuali untuk kesempatan khusus, seperti lomba kereta kuda.
Mereka berbusana beraneka ragam untuk menunjukkan status sosial si
pemilik kereta dan kuda.
Bagi orang Yunani telanjang merupakan
cara paling sesuai untuk berolahraga. Mereka bangga kalau memiliki tubuh
yang atletis. Pemenang pertandingan mendapatkan mahkota dedaunan,
seperti daun zaitun liar sebagai pengganti medali. Kadang-kadang sang
juara diarak masuk kota melalui sebuah lubang yang dibuat khusus pada
tembok kota. Mereka dielu-elukan di jalan kota dan disambut pembacaan
puisi. Penghargaan lain kepada olahragawan berprestasi berupa pembebasan
dari pajak dan mendapat makanan gratis. Beberapa kota juga memberikan
bonus uang dalam jumlah besar. Bahkan di kota kediaman pemenang
didirikan patung mereka. Banyak patung batu dan perunggu masih tersisa
sampai kini dan itulah hadiah paling abadi milik sang juara.
Salah satu bagian cabang atletik yang
masih tetap dikenal hingga kini adalah maraton, yakni perlombaan lari
sejauh kira-kira 42 km. Olimpiade mencapai puncaknya di abad ke-6 dan
ke-5 SM, tetapi kemudian secara bertahap mengalami penurunan seiring
jatuhnya Yunani ke tangan Romawi. Tidak ada konsensus yang menyatakan
secara resmi mengenai berakhirnya Olimpiade, namun teori yang paling
umum dipegang saat ini adalah pada tahun 393 M, saat Kaisar Romawi,
Theodosius menyatakan bahwa semua budaya praktek-praktek kuno Yunani
harus dihilangkan.
Kemudian, pada tahun 426 M, Theodosius II
memerintahkan penghancuran semua kuil Yunani. Setelah itu, Olimpiade
tidak diadakan lagi sampai akhir abad ke-19. Ajang olahraga pertama yang
pelaksanaannya serupa dengan Olimpiade kuno adalah L’Olympiade de la
République, sebuah festival olahraga nasional yang diadakan pada tahun
1796 sampai 1798 selama masa Revolusi Perancis. Dalam pelaksanaannya,
ajang ini mengadopsi beberapa peraturan-peraturan yang berlaku dalam
Olimpiade kuno. Ajang ini juga menandai diterapkannya sistem metrik ke
dalam cabang-cabang olahraga.
Pada tahun 1850 sebuah Kelas Olimpiade
didirikan oleh Dr. William Penny Brookes di Much Wenlock, Shropshire,
Inggris. Selanjutnya, pada tahun 1859, Dr. Brookes mengganti nama Kelas
Olimpiade menjadi Olimpiade Wenlock. Ajang tersebut tetap diadakan
hingga hari ini. Tanggal 15 November 1860, Dr. Brookes membentuk
Perkumpulan Olimpiade Wenlock. Antara tahun 1862 dan 1867, di Liverpool
diadakan ajang Grand Olympic Festival. Ajang ini dicetuskan oleh John
Hulley dan Charles Melly dan merupakan ajang olahraga pertama yang
bersifat internasional, meskipun atlet-atlet yang berpartisipasi
kebanyakan merupakan “atlet amatir”.
Penyelenggaraan Olimpiade modern pertama
di Athena pada tahun 1896 hampir identik dengan Olimpiade Liverpool.
Pada tahun 1865, Hulley, Dr. Brookes dan EG Ravenstein mendirikan
Asosiasi Olimpiade Nasional di Liverpool, yang merupakan cikal bakal
terbentuknya Asosiasi Olimpiade Britania Raya. Selanjutnya, pada tahun
1866, sebuah ajang bernama Olimpiade Nasional Britania Raya
diselenggarakan di London untuk pertama kalinya. Semangat bangsa Yunani
untuk menghidupkan kembali Olimpiade dimulai seiring dengan
berlangsungnya Perang Kemerdekaan antara Yunani dengan Kekaisaran
Ottoman pada tahun 1821.
Ide untuk membangkitkan Olimpiade pertama
kali dicetuskan oleh seorang penyair dan editor majalah bernama
Panagiotis Soutsos lewat puisinya yang berjudul “Dialogue of the Dead”
yang diterbitkan pada tahun 1833. Evangelis Zappas, seorang bangsawan
Yunani-Rumania adalah orang yang pertama kali menulis kepada Raja Otto,
menawarkan untuk mendanai kebangkitan Olimpiade. Zappas mensponsori
penyelenggaraan Olimpiade pada tahun 1859 yang diselenggarakan di pusat
kota Athena. Atlet-atlet yang berpartisipasi dalam ajang tersebut
berasal dari Yunani dan Kekaisaran Ottoman. Zappas juga mendanai
perenovasian Stadion Panathinaiko kuno agar dapat dipakai sebagai tempat
penyelenggaraan Olimpiade pada tahun-tahun berikutnya. Stadion
Panathinaiko digunakan sebagai tempat penyelenggaraan Olimpiade tahun
1870 dan 1875. Sekitar Tiga puluh ribu penonton menghadiri Olimpiade
pada tahun 1870 namun tidak ada catatan kehadiran resmi yang tersedia
untuk penyelenggaraan Olimpiade tahun 1875. Pada tahun 1890, setelah
menghadiri Olimpiade Wenlock, seorang sejarawan Perancis bernama Baron
Pierre de Coubertin terinspirasi untuk mendirikan Komite Olimpiade
Internasional (International Olympic Committee/IOC). Coubertin punya ide
untuk menyelenggarakan suatu ajang Olimpiade internasional setiap empat
tahun sekali berdasarkan ajang Olimpiade Yunani yang dibangkitkan oleh
Brookes dan Zappas. Dia mempresentasikan ide ini dalam kongres pertama
IOC yang berlangsung pada tanggal 16-23 Juni 1984 di Universitas
Sorbonne, Paris.
Pada hari terakhir kongres, diputuskan
bahwa penyelenggaraan Olimpiade internasional berada di bawah naungan
IOC dan penyelenggaraan pertamanya akan dilangsungkan di Athena, Yunani
pada tahun 1896. Hasil kongres juga memutuskan bahwa Demetrius Vikelas
dari Yunani terpilih sebagai presiden IOC pertama.
Olimpiade pertama yang diadakan di bawah
naungan IOC berlangsung di stadion Panathinaiko, Athena, pada tahun
1896. Olimpiade pertama ini diikuti oleh 14 negara dengan total 241
atlet yang berlaga dalam 43 pertandingan. Seperti janjinya pada
Pemerintah Yunani, Zappas dan sepupunya, Konstantinos Zappas turut
membantu membiayai penyelenggaraan Olimpiade 1896. George Averoff,
seorang pengusaha Yunani bersedia untuk mendanai perenovasian stadion
dalam rangka persiapan Olimpiade. Pemerintah Yunani juga turut
menyediakan dana, berharap dana tersebut dapat diperoleh kembali melalui
penjualan tiket dan dari penjualan set perangko peringatan Olimpiade
pertama. Sebagian besar atlet yang berpartisipasi dalam Olimpiade Athena
1896 berasal dari Yunani, Jerman, Perancis, dan Britania Raya.
Negara-negara tersebut juga menguasai perolehan medali. Pada saat itu,
wanita tidak boleh berpartisipasi. Penyelenggara menyebut kesertaan
mereka tidak praktis, tidak menarik, dan tidak tepat. Sekitar 80.000
penonton hadir, termasuk Raja George I dari Yunani. Meskipun Yunani
tidak berpengalaman dalam menyelenggarakan ajang olahraga internasional
dan awalnya juga mempunyai masalah keuangan, namun akhirnya berhasil
mempersiapkan segalanya tepat waktu. Jumlah atlet yang berpartisipasi
juga terbilang kecil jika dibandingkan dengan ukuran saat ini, namun
Olimpiade 1896 merupakan keikut sertaan internasional terbesar untuk
ajang olahraga pada masanya. Olimpiade tersebut pun terbukti sukses bagi
rakyat Yunani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar