Rabu, 27 Januari 2016

Sejarah Terbntuknya Danau Toba

Sejarah Terbentuknya Danau Toba Menurut Ahli Peneliti Internasional

Sejarah Terbentuknya Danau Toba Menurut Ahli Peneliti Internasional – Sejarah Danau Toba Menurut Ahli Peneliti Internasional – Danau Toba adalah sebuah danau vulkanik dengan ukuran panjang 100 kilometer dan lebar 30 kilometer yang terletak di Provinsi Sumatera Utara, Republik Indonesia Danau ini merupakan salah satu danau terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara. Di tengah danau ini terdapat sebuah pulau vulkanik bernama Pulau Samosir.
Danau Toba sejak lama menjadi daerah tujuan wisata penting di Sumatera Utara, Bukit Lawang, Berastagi dan Nias, menarik wisatawan domestik maupun mancanegara.
Danau Toba
Danau Toba

Sejarah Danau Toba

Diperkirakan Danau Toba terbentuk ketika ledakan sekitar 73.000-75.000 tahun yang lalu dan merupakan letusan (gunung berapi super) yang paling baru.
Bill Rose dan Craig Chesner dari Michigan Technological University mengutarakan bahwa jumlah total bahan di sekitar 2.800 km3 letusan-sekitar 2.000 km3 ignimbrit mengalir di atas tanah, dan sekitar 800 km3 yang jatuh abu, terutama ke barat. Piroklastik mengalir dari letusan menghancurkan area seluas 20.000 km2, dengan 600 m deposito abu tebal dengan kawah utama.
Kejadian ini menyebabkan kematian massal dan kepunahan beberapa spesies makhluk hidup. Menurut beberapa bukti DNA, letusan ini juga menyusutkan jumlah manusia sampai sekitar 60% dari total populasi manusia bumi saat itu, yaitu sekitar 60 juta orang.

Letusan ini juga menyebabkan zaman es, meskipun para ahli masih memperdebatkan itu. Setelah letusan, kaldera yang terbentuk yang kemudian diisi dengan air dan menjadi apa yang sekarang dikenal sebagai Danau Toba. Tekanan oleh magma yang belum keluar menyebabkan munculnya pulau.
Tim multidisiplin peneliti internasional, yang dipimpin oleh Dr. Michael Petraglia, mengungkapkan dalam suatu konferensi pers di Oxford, Amerika Serikat telah menemukan sebuah situs arkeologi baru yang cukup spektakuler oleh para ahli geologi di selatan dan utara India.
Situs ini terungkap bagaimana orang bertahan hidup, sebelum dan sesudah letusan gunung berapi (supervolcano) Toba 74.000 tahun yang lalu, dan bukti kehidupan di bawah abu Gunung Toba. Meskipun sumber letusan dalam 3.000 mil, dari distribusi abu.
Selama tujuh tahun, para ahli dari proyek universitas Oxford meneliti ekosistem di India, untuk mencari bukti kehidupan kehidupan dan peralatan yang mereka tinggalkan di padang pasir tandus. Daerah dengan luas ribuan hektare ini hanya sabana (padang rumput). Sementara tulang hewan yang tersebar. Tim menyimpulkan, daerah yang cukup besar ternyata ditutupi debu dari letusan gunung berapi purba.
Penyebaran debu gunung berapi itu sangat luas, ditemukan hampir di seluruh dunia. Berasal dari letusan Supervolcano kuno, yaitu Gunung Toba. Mengarah dugaan ke Mount Toba, karena ditemukan bukti bentuk abu vulkanik dari molekul yang sama pada 2100 poin.
Sejak kaldera kawah yang sekarang adalah danau Toba di Indonesia, 3.000 mil, dari sumber letusan. Bahkan, cukup mengejutkan, ternyata penyebaran debu yang akan direkam ke Kutub Utara. Hal ini mengingatkan para ahli, betapa dahsyatnya letusan gunung berapi super Toba saat itu.

Tano Ponggol, Pemisahan Dari Daratan Sumatera Samosir

Sebelumnya Pulau Samosir berada di daratan dengan Pulau Sumatera, dalam bentuk sebuah tanjung di Danau Toba. Sempit bagian dari Samosir di Pangururan, lebar hanya sekitar 300 meter. Warga yang digunakan untuk menyeret perahu yang akan pindah ke sisi lain dari Danau Toba, bukan setelah dilingkari Naidoo.
Dalam alur sungai era kolonial Belanda yang dibangun untuk membawa kedua belah pihak dari Danau Toba. Kapal dapat lulus dari satu sisi Danau Toba, dilingkari ke sisi lain tanpa Naidoo. Dengan kanal, terputuslah sudah Sumatera Samosir medan dan dapat dikatakan memiliki resmi menjadi sebuah pulau. Daerah pemotongan Samosir adalah persis apa yang disebut Tano Ponggol.
Pada awalnya, daerah Tono Ponggol dibangun jembatan dengan menggunakan kayu untuk waktu yang lama. Tapi sekarang Tano Ponggol Bridge sudah dibeton pada tahun 1982. Menurut buku budaya Batak, Tano Ponggol di “potongan” dari Belanda untuk dua alasan, pertama bertujuan untuk memfasilitasi transportasi air dan keduanya bertujuan untuk membagi bangsa Batak muka psikologis.

Kerusakan Lingkungan Yang Pernah Terjadi Di Danau Toba

Pada bulan Mei 2012, Kabupaten Samosir mengeluarkan surat keputusan (SK) Bupati Samosir Nomor 89 tanggal 1 Mei 2012 tentang Pemberian Izin Usaha Perkebunan di Area Hortikultura dan Peternakan 800 hektar di Hutan Tele, di desa Partungkot Nagijang dan Hariara Pintu, Kecamatan Harian, Samosir, Sumatera Utara PT Sari Gorga Duma (GDS) yang dimiliki oleh anggota parlemen Samosir, Jonni Sitohang.
Kemudian dilanjutkan dengan izin Pemanfaatan Kayu (IPK) yang diberikan oleh Kepala Provinsi Sumatera Utara melalui Keputusan Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Samosir Nomor 005 Tahun 2013.
Ketua Forum Peduli Samosir Nauli (Charm), Manalu Rohani menyatakan bahwa ini membuat persetujuan diperoleh PT GDS melakukan penebangan kayu alam di hutan tanpa AMDAL. Rohani juga mengatakan bahwa hasil yang lain adalah terjadinya tanah longsor dan banjir yang menimbulkan korban jiwa.
Karena Ilegal loging hutan tele, hasil lumpur pada erosi tanah di bekas penebangan telah menyebabkan pendangkalan sungai di sekitar Danau Toba.
Didorong pemerintah provinsi Sumatera Utara juta program penanaman pohon dikatakan tidak efektif karena banyak pohon mati karena tidak diobati.
Hal ini menyebabkan tiga aktivis lingkungan dari Sumatera Utara, Marandus Sirait, Hasoloan Manik (Kalpataru), dan Wilmar Eliaser Simandjorang (Medal Karya Satya, Toba Award, Wana Lestari) mengembalikan semua piagam penghargaan yang pernah diberikan oleh pemerintah Provinsi Sumatera Utara, Departemen Kehutanan, dan Istana Nasional.
Menteri Lingkungan Hidup Balthasar Kambuaya telah mengirimkan dua surat rekomendasi yang Bupati Samosir Mangindar Simbolon sebagai pemberi dan orang yang bertanggung jawab dari izin usaha untuk memberikan sanksi administratif oleh penutupan kegiatan usaha.
Setelah huruf pertama diabaikan, Bupati Samosir mengatakan surat kedua dengan menyatakan bahwa perusahaan tidak melanggar sehingga tidak layak ditutup. Karena Bupati tidak melaksanakan rekomendasi dari Kementerian Lingkungan Hidup juga memberlakukan pengambilalihan Authority (Kedua Jalur Penegakan) dan menutup sementara aktivitas PT GDS.

Setelah Kementerian Lingkungan Hidup jatuh langsung ke lokasi berdasarkan temuan bahwa keputusan itu diabaikan, maka Pemkab menulis PT GDS untuk mematuhi keputusan tersebut. PT GDS juga menghentikan semua operasi dan menarik alat berat di wilayah berdasarkan pengakuan Direktur GDS Jonni Sitohang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar